Garut – Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat Desa, dan unsur pendukung tugas kepala Desa dalam pelaksanaan kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur kewilayahan. Perangkat Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa.
Kepala Dusun ini sendiri sering kali memiliki penyebutan yang berbeda antara wilayah, seperti Kamituwo, Bayan, atau dengan singkatan semisal Kadus, Kasun atau Kadun. Profesi ini mayoritas dijabat oleh kaum adam, meski ada juga kaum hawa yang dipercaya memegang posisi sebagai orang no 1 ditingkat dusun ini.
Linda adalah salah satu kaum hawa yang mendapat amanah memegang jabatan sebagai Kepala Dusun, Ibu dari 2 orang putri ini bertugas Dusun 3, Desa Mekarsari, Kecamatan Bayongbong, Garut.
Bagi perempuan energik berusia 43 tahun ini, menjadi Kepala Dusun merupakan cita-cita yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mengingat pada masa kecil Ibu Kadus yang satu ini memiliki cita-cita sebagai guru atau tenaga pengajar.
Menjadi pemimpin bagi 1500-an warga Dusun 3 tidak terbayang sebelumnya, jiwa sosial yang begitu besar menjadi alasan tersendiri bagi Bunda Linda (sapaan akrab) ketika melamar posisi sebagai perangkat desa.
Meski baru menjadi perangkat desa pada Nopember 2016, aktivitas Bunda Linda baik dilingkungan warga Dusun 3 ataupun dalam kapasitas sebagai pengurus Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) Kabupaten Garut, tidak kalah dengan perangkat desa yang sudah senior.
Mulai dari aktivitas sosial kemasyarakatan, peran serta aktip dalam penanggulangan wabah covid-19, sampai dengan pembelaan terhadap perangkat desa yang diberhentikan oleh Kepala Desa, menjadi jadwal rutin keseharian dari Bunda Linda ini.
Untungnya kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh baik dari suaminya, maupun kedua putri yang mulai beranjak dewasa. Dimana putri sulung sudah menempuh pendidikan S1 di IPB Bogor, sementara yang bungsu baru menginjak usia 7 tahun.
Aktivitas sebagai pengurus PPDI, tepatnya sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan pun tidak main-main. Tercatat beberapa agenda yang dilakukan dalam rangka membela hak-hak dari perangkat desa di Kabupaten Garut.
Bahkan dalam salah satu orasi pada saat audiensi PPDI dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, beberapa waktu yang lalu, Bunda Linda sempat mengancam (maaf) akan membuka baju sebagai bentuk protes-nya. Terkait dengan nasib perangkat desa yang diberhentikan secara sepihak, Bunda Linda siap membantu secara total termasuk dalam hal pembiayaan, hal ini sebagai bentuk totalitas beliau sebagai pengurus PPDI Garut.
Rekaman-rekaman digital dari kegiatan yang Bunda Linda lakukan baik dalam kapasitas sebagai Kepala Dusun maupun sebagai pengurus PPDI dapat disaksikan dalam kanal yutub-nya dengan nama Srikandi PPDI.
Pantas rasanya Bunda Linda dengan se-abreg kegiatan mendapatkan julukan sebagai “The Real Srikandi PPDI”.