Batang – Ada kampung unik di Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal, Batang, Jawa Tengah. Di Kampung Sibimo ini hanya boleh berdiri 7 rumah selama ratusan tahun. Nekat melanggar, konon akan ada malapetaka.
Kampung ini berjarak sekitar 15 km dari ibu kota Kabupaten Batang. Lokasinya terpencil dan berada menjorok ke dalam Hutan Alas Kupang sehingga terisolir dengan kampung lainnya.
Tak ada jaringan listrik masuk ke dusun tersebut. Beberapa rumah yang menggunakan listrik menyambungkannya dari musala dukuh lainnya yang berjarak 1 km.
Kampung ini dihuni 22 jiwa yang tersebar dalam 6 rumah. Kepala Desa Brokoh Mukmin mengatakan warga Sibimo secara turun temurun meyakini tak boleh ada lebih dari 7 unit rumah di kampung mereka.
“Di dukuh Sibimo ini ada mitos, yang yang bermukim di sini maksimal tujuh rumah. Kalau lebih, biasanya akan terjadi permasalahan,” kata Mukmin saat mendampingi mengunjungi Dusun Sibimo, seperti dikutip dari detikNews, Minggu (8/5/2022).
Baca juga:
Kisah Sabda Sunan Muria di Balik Tradisi Bulusan Kudus
Mukmin menyebut mitos tujuh rumah itu masih diyakini warga setempat. Saat ini, meski ada tujuh rumah, namun yang dihuni hanya 6 rumah. Satu rumah lainnya dalam kondisi kosong karena ditinggal pindah penghuninya.
Dia mengungkap pernah ada warga yang dengan sengaja membangun rumah padahal sudah ada 7 unit yang berdiri di kampung tersebut. Nahas, penghuni rumah tersebut menemui malapetaka.
“Pernah sampai 12 rumah. Tapi penghuninya meninggal bunuh diri, ada yang gantung diri dan ada yang minum racun dan meninggal di hutan, akhirnya rumah (kayu) dipindah dari dukuh ini,” ungkap Mukmin.
Dukuh Sibimo di Desa Brokoh, Wonotunggal, Batang, Jawa Tengah, ini sangat unik. Tak lebih dari 7 rumah yang berdiri di dusun tersebut.
Salah seorang sesepuh warga Kampung Sibimo, Tarji mengaku lahir pada 1927 lalu. Dia menyebut dusun tersebut aman dan tenteram sejak dulu, bahkan belum pernah dimasuki warga asing bahkan sejak masa penjajahan.
“Kampung Bimo (Sebutan dukuh Sibimo), boleh ditempati tapi tidak boleh kebanyakan rumah. Harus (tak lebih) tujuh rumah. kalau tujuh (rumah) pas. Lebih dari tujuh, kacau. Pasti ada saja kejadiannya,” ujar Mbah Tarji dalam bahasa Jawa.
Mbah Tarji menceritakan konon pernah ada warga yang tidak percaya dengan pantangan tersebut. Sekitar tahun 1980 ada warga yang membangun rumah, padahal sudah ada tujuh rumah. Akhirnya keluarga itu terkena musibah, rumah yang baru dibangun itu pun lalu dipindah.
“Permasalahannya ya macam-macam. Ada yang bunuh diri dengan menggantung atau ada juga yang bunuh diri di hutan minum racun tikus atau warga yang tidak merasa betah,” jelas Mbah Tarji.
Hal senada juga disampaikan Modriah (40) warga setempat. Modriah mengaku mempercayai larangan yang sudah diwariskan leluhurnya itu.
“Kata bapak saya di sini harus 7 rumah, tidak boleh lebih. Itu pesan dari penjaga kampung sini turun temurun,” kata Modriah.
Modriah percaya larangan itu bermaksud agar warga bisa hidup tenang dan saling membantu.
“Saya percaya ‘sesepuh’ (penjaga Dusun Sibimo) yang menjaga warga. Kalau ada yang berniat jahat masuk sini pasti dihadang oleh penjaga dusun yang biasa disebut warga sebagai Bimo Sekti,” tambahnya.
artikel ini telah tayang di detik.com dengan judul Percaya Nggak Percaya! Hanya Ada 7 Rumah di Kampung Sibimo Batang