Kediri – Beragam kisah hidup dijalani para mantan penggawa Persik Kediri setelah gantung sepatu. Cerita menarik tersaji dari perjalanan takdir Agus Susanto.
Dilansir dari bola.com, karier mantan bek dan gelandang Persik Kediri itu sempat berhenti setelah pensiun pada 2016. Sosok yang akrab dipanggil Agus Maling, di kalangan para pemain ini, terakhir membela Madiun Putra pada 2015.
Dia terpaksa hijrah ke Madiun, karena tim Persik dibubarkan akibat dililit tunggakan utang hingga ratusan juta rupiah. Namun musim itu, Agus Susanto juga mengalami kesialan. Kompetisi tak bisa diputar, karena PSSI dibanned FIFA.
“Itulah suka duka pesepak bola Indonesia. Soal gaji tertunggak dan tak dibayar itu sudah biasa. Juga kompetisi tak jalan, karena PSSI dihukum FIFA juga bukan hal baru,” ujarnya dalam perbincangan dengan Bola.com, Jumat (13/8/2021).
Karier Agus Susanto yang juga biasa disapa Agus Kun itu mulai bersinar kala bergabung dengan Perseden Denpasar pada 2003. Dia sempat dipanggil masuk Timnas Indonesia.
Musim berikutnya, Agus ditarik Iwan Budianto ke Persik. Ini jadi kesempatan baginya tampil di kancah Liga Champions Asia.
“Kenangan lucu, pahit, dan memalukan ketika kami dikalahkan Seongnam Ilhwa Chunwa 15-0 di Korsel. Persik memang kalah kelas. Apalagi kami main dengan suhu dingin. Wajar bila kami jadi bulan-bulanan,” ungkapnya.
Setelah menganggur selama dua tahun, akhirnya kehidupan Agus Kun kembali terang. Dia lolos seleksi sebagai perangkat Desa Pamenang, Kabupaten Kediri. Desa ini terkenal dengan situs tempat moksa Raja Kediri Prabu Sri Aji Jayabaya.
Bulan Sura pada penanggalan Jawa seperti saat ini, banyak peziarah yang berkunjung dan kontemplasi diri di situs pamoksan raja yang terkenal dengan ramalannya yang populer disebut Jangka Jayabaya ini.
“Niat saya ingin mengabdi untuk desa tercinta. Alhamdulillah lolos. Tapi saya bukan ASN. Saya dapat honor bulanan dan menggarap tanah kas desa. Bagi saya penghasilan itu lebih dari cukup,” tuturnya.
Agus Susanto menjabat Kaur Perencanaan. Zaman dulu disebut Jogoboyo. Jadi tugas Agus merancang pembangunan infrastruktur dan menjaga keamanan desa Pamenang.
“Jogoboyo itu Hankam-nya desa. Urusannya dengan kenyamanan dan keamanan. Desa Pamenang termasuk tempat wisata. Jadi kadang saya menangkap dan membina gelandang serta pengemis yang berkeliaran di situs Prabu Jayabaya,” jelasnya.
Agus Susanto juga rajin latihan body building di pusat kebugaran. Kini tubuhnya lebih berotot dibanding saat masih aktif bermain bola. Apakah rutin olahraga angkat beban dan fitness agar ditakuti warga?
“Ah, enggak. Saya suka olahraga. Karena saya tak punya banyak waktu, fitnes jadi pilihan. Tapi kadang juga masih main bola dengan teman-teman,” ujarnya.